" jadikan menulis untuk menghibur diri dan menghilangkan kesedihan serta saling berbagi "

Rabu, 31 Juli 2013

Uwais Al Qarni



Uwais Al Qarni, Terkenal Di Langit

ALMUSLIMUN - Pemuda bernama Uwais Al-Qarni. Ia tinggal dinegeri Yaman. Uwais adalah seorang yang terkenal fakir, hidupnya sangat miskin. Uwais Al-Qarni adalah seorang anak yatim. Bapaknya sudah lama meninggal dunia. Ia hidup bersama ibunya yang telah tua lagi lumpuh. Bahkan, mata ibunya telah buta. Kecuali ibunya, Uwais tidak lagi mempunyai sanak family sama sekali.
Dalam kehidupannya sehari-hari, Uwais Al-Qarni bekerja mencari nafkah dengan menggembalakan domba-domba orang pada waktu siang hari. Upah yang diterimanya cukup buat nafkahnya dengan ibunya. Bila ada kelebihan, terkadang ia pergunakan untuk membantu tetangganya yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti dia dan ibunya. Demikianlah pekerjaan Uwais Al-Qarni setiap hari.
Uwais Al-Qarni terkenal sebagai seorang anak yang taat kepada ibunya dan juga taat beribadah. Uwais Al-Qarni seringkali melakukan puasa. Bila malam tiba, dia selalu berdoa, memohon petunjuk kepada Allah. Alangkah sedihnya hati Uwais Al-Qarni setiap melihat tetangganya yang baru datang dari Madinah. Mereka telah bertemu dengan Nabi Muhammad, sedang ia sendiri belum pernah berjumpa dengan Rasulullah. Berita tentang Perang Uhud yang menyebabkan Nabi Muhammad mendapat cedera dan giginya patah karena dilempari batu oleh musuh-musuhnya, telah juga didengar oleh Uwais Al-Qarni. Segera Uwais mengetok giginya dengan batu hingga patah. Hal ini dilakukannya sebagai ungkapan rasa cintanya kepada Nabi Muhammmad saw, sekalipun ia belum pernah bertemu dengan beliau. Hari demi hari berlalu, dan kerinduan Uwais untuk menemui Nabi saw semakin dalam. Hatinya selalu bertanya-tanya, kapankah ia dapat bertemu Nabi Muhammad saw dan memandang wajah beliau dari dekat? Ia rindu mendengar suara Nabi saw, kerinduan karena iman.
Tapi bukankah ia mempunyai seorang ibu yang telah tua renta dan buta, lagi pula lumpuh? Bagaimana mungkin ia tega meninggalkannya dalam keadaan yang demikian? Hatinya selalu gelisah. Siang dan malam pikirannya diliputi perasaan rindu memandang wajah nabi Muhammad saw.
Akhirnya, kerinduan kepada Nabi saw yang selama ini dipendamnya tak dapat ditahannya lagi. Pada suatu hari ia datang mendekati ibunya, mengeluarkan isi hatinya dan mohon ijin kepada ibunya agar ia diperkenankan pergi menemui Rasulullah di Madinah. Ibu Uwais Al-Qarni walaupun telah uzur, merasa terharu dengan ketika mendengar permohonan anaknya. Ia memaklumi perasaan Uwais Al-Qarni seraya berkata, “pergilah wahai Uwais, anakku! Temuilah Nabi di rumahnya. Dan bila telah berjumpa dengan Nabi, segeralah engkau kembali pulang.”
Betapa gembiranya hati Uwais Al-Qarni mendengar ucapan ibunya itu. Segera ia berkemas untuk berangkat. Namun, ia tak lupa menyiapkan keperluan ibunya yang akan ditinggalkannya, serta berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi. Sesudah berpamitan sembari mencium ibunya, berangkatlah Uwais Al-Qarni menuju Madinah.

Uwais Ai-Qarni Pergi ke Madinah
Setelah menempuh perjalanan jauh, akhirnya Uwais Al-Qarni sampai juga dikota madinah. Segera ia mencari rumah nabi Muhammad saw. Setelah ia menemukan rumah Nabi, diketuknya pintu rumah itu sambil mengucapkan salam, keluarlah seseorang seraya membalas salamnya. Segera saja Uwais Al-Qarni menanyakan Nabi saw yang ingin dijumpainya. Namun ternyata Nabi tidak berada dirumahnya, beliau sedang berada di medan pertempuran. Uwais Al-Qarni hanya dapat bertemu dengan Siti Aisyah ra, istri Nabi saw. Betapa kecewanya hati Uwais. Dari jauh ia datang untuk berjumpa langsung dengan Nabi saw, tetapi Nabi saw tidak dapat dijumpainya.
Dalam hati Uwais Al-Qarni bergolak perasaan ingin menunggu kedatangan Nabi saw dari medan perang. Tapi kapankah Nabi pulang? Sedangkan masih terngiang di telinganya pesan ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan itu, agar ia cepat pulang ke Yaman, “engkau harus lekas pulang”.
Akhirnya, karena ketaatannya kepada ibunya, pesan ibunya mengalahkan suara hati dan kemauannya untuk menunggu dan berjumpa dengan Nabi saw. Karena hal itu tidak mungkin, Uwais Al-Qarni dengan terpaksa pamit kepada Siti Aisyah ra untuk segera pulang kembali ke Yaman, dia hanya menitipkan salamnya untuk Nabi saw. Setelah itu, Uwais Al-Qarni pun segera berangkat mengayunkan langkahnya dengan perasaan amat haru.
Peperangan telah usai dan Nabi saw pulang menuju Madinah. Sesampainya di rumah, Nabi saw menanyakan kepada Siti Aisyah ra tentang orang yang mencarinya. Nabi mengatakan bahwa Uwais Al-Qarni anak yang taat kepada ibunya, adalah penghuni langit. Mendengar perkataan Nabi saw, Siti Aisyah ra dan para sahabat tertegun. Menurut keterangan Siti Aisyah ra, memang benar ada yang mencari Nabi saw dan segera pulang kembali ke Yaman, karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama. Nabi Muhammad saw melanjutkan keterangannya tentang Uwais Al-Qarni, penghuni langit itu, kepada para sahabatnya., “Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia, perhatikanlah ia mempunyai tanda putih ditengah talapak tangannya.”
Sesudah itu Nabi saw memandang kepada Ali ra dan Umar ra seraya berkata, “suatu ketika apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah doa dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit, bukan orang bumi.”
Waktu terus berganti, dan Nabi saw kemudian wafat. Kekhalifahan Abu Bakar pun telah digantikan pula oleh Umar bin Khatab. Suatu ketika, khalifah Umar teringat akan sabda Nabi saw tentang Uwais Al-Qarni, penghuni langit. Beliau segera mengingatkan kembali sabda Nabi saw itu kepada sahabat Ali bin Abi Thalib ra. Sejak saat itu setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, Khalifah Umar ra dan Ali ra selalu menanyakan tentang Uwais Al Qarni, si fakir yang tak punya apa-apa itu, yang kerjanya hanya menggembalakan domba dan unta setiap hari? Mengapa khalifah Umar ra dan sahabat Nabi, Ali ra, selalu menanyakan dia?
Rombongan kalifah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang dagangan mereka. Suatu ketika, Uwais Al-Qarni turut bersama mereka. Rombongan kalifah itu pun tiba di kota Madinah. Melihat ada rombongan kalifah yang baru datang dari Yaman, segera khalifah Umar ra dan Ali ra mendatangi mereka dan menanyakan apakah Uwais Al-Qarni turut bersama mereka. Rombongan kafilah itu mengatakan bahwa Uwais Al-Qarni ada bersama mereka, dia sedang menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, khalifah Umar ra dan Ali ra segera pergi menjumpai Uwais Al-Qarni.
Sesampainya di kemah tempat Uwais berada, khalifah Umar ra dan Ali ra memberi salam. Tapi rupanya Uwais sedang shalat. Setelah mengakhiri shalatnya dengan salam, Uwais menjawab salam khalifah Umar ra dan Ali ra sambil mendekati kedua sahabat Nabi saw ini dan mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Sewaktu berjabatan, Khalifah Umar ra dengan segera membalikkan tangan Uwais, untuk membuktikan kebenaran tanda putih yang berada di telapak tangan Uwais, seperti yang pernah dikatakan oleh Nabi saw. Memang benar! Tampaklah tanda putih di telapak tangan Uwais Al-Qarni.
Wajah Uwais Al-Qarni tampak bercahaya. Benarlah seperti sabda Nabi saw bahwa dia itu adalah penghuni langit. Khalifah Umar ra dan Ali ra menanyakan namanya, dan dijawab, “Abdullah.” Mendengar jawaban Uwais, mereka tertawa dan mengatakan, “Kami juga Abdullah, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya?” Uwais kemudian berkata, “Nama saya Uwais Al-Qarni”.
Dalam pembicaraan mereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais Al-Qarni telah meninggal dunia. Itulah sebabnya, ia baru dapat turut bersama rombongan kafilah dagang saat itu. Akhirnya, Khalifah Umar dan Ali ra memohon agar Uwais membacakan do'a dan istighfar untuk mereka. Uwais enggan dan dia berkata kepada Khalifah, “saya lah yang harus meminta do'a pada kalian.”
Mendengar perkataan Uwais, khalifah berkata, “Kami datang kesini untuk mohon doa dan istighfar dari anda.” Seperti yang dikatakan Rasulullah sebelum wafatnya. Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais Al-Qarni akhirnya mengangkat tangan, berdoa dan membacakan istighfar. Setelah itu Khalifah Umar ra berjanji untuk menyumbangkan uang negara dari Baitul Mal kepada Uwais untuk jaminan hidupnya. Segera saja Uwais menampik dengan berkata, “Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi.”

Fenomena Ketika Uwais Al-Qarni Wafat
Beberapa tahun kemudian, Uwais Al-Qarni berpulang ke rahmatullah. Anehnya, pada saat dia akan dimandikan, tiba-tiba sudah banyak orang yang berebutan untuk memandikannya. Dan ketika dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, di sana pun sudah ada orang-orang yang menunggu untuk mengkafaninya. Demikian pula ketika orang pergi hendak menggali kuburannya, disana ternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusungnya.
Meninggalnya Uwais Al-Qarni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman. Banyak terjadi hal-hal yang amat mengherankan. Sedemikian banyaknya orang yang tak kenal berdatangan untuk mengurus jenazah dan pemakamannya, padahal Uwais Al-Qarni adalah seorang fakir yang tidak dihiraukan orang. Sejak ia dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkan ke dalam kubur, disitu selalu ada orang-orang yang telah siap melaksanakannya terlebih dahulu.
Penduduk kota Yaman tercengang. Mereka saling bertanya-tanya, “siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais Al-Qarni? bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir, yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya sehari-hari hanyalah sebagai penggembala domba dan unta? Tapi, ketika hari wafatmu, engkau menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal. Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang diturunkan ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamanmu.”
Berita meninggalnya Uwais Al-Qarni dan keanehan-keanehan yang terjadi ketika wafatnya telah tersebar ke mana-mana. Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahuinya, siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni. Selama ini tidak ada orang yang mengetahui siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni disebabkan permintaan Uwais Al-Qarni sendiri kepada Khalifah Umar ra dan Ali ra, agar merahasiakan tentang dia. Barulah di hari wafatnya mereka mendengar sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi saw, bahwa Uwais Al-Qarni adalah penghuni langit.
 Subhanallah

Mohon maaf bila ada kesalahan dalam penulisan, semoga bermanfaat.
 Melangkah Bersama Menuju Mardotillah.
Wassalam

* Sumber info  *

http://almuslimun.yu.tl/uwais-al-qarni-terkenal-di-langit.xhtml

Wallahu a’lam bish-shawabi

" jadikan menulis untuk menghibur diri dan menghilangkan kesedihan serta saling berbagi "

»»  READMORE...

*** AMALAN PENOLAK MUSIBAH ***



*** AMALAN PENOLAK MUSIBAH  ***

BERDOA

Hadits dari Imam at-Tirmidzi dan al-Hakim, diriwayatkan dari Abdullah ibn
Umar, bahwa Rasulullah saw bersabda :
"Barangsiapa hatinya terbuka untuk berdoa, maka pintu-pintu rahmat akan
dibukakan untuknya. Tidak ada permohonan yang lebih disenangi oleh Allah daripada permohonan orang yang meminta keselamatan. Sesungguhnya doa bermanfaat bagi sesuatu yang terjadi dan masih belum terjadi. Dan tidak ada yang bisa menolak takdir kecuali doa, maka berpeganglah, wahai hamba allah,pada doa".
Sepantasnyalah bagi seorang mukmin untuk berdoa, karena ia akan mendatangkan kebaikan dan dapat menolak keburukan dan bencana. Dalam konteks ini ada banyak hadits yang menunujkan urgensi, efek dan pengaruh yang besar dari doa, dengan izin Allah. Disebutkan dalam sebuah hadits, sabda Rasulullah saw:

"Persiapkanlah doa untuk menghadapi bencana."
(HR. ath-Thabrani).

Sesungguhnya doa adalah alat untuk menolak bencana dan mendatangkan rahmat,sebagaimana perisai adalah untuk menangkis senjata, dan air sebagai sebab untuk tumbuh dan keluarnya biji-bijian dari tanah. Sebagaimana perisai akan menolak senjata, maka keduanya saling membela diri, maka begitulah doa dan bencana. Dan bukan  termasuk menyadari takdir orang yang kemudian tidak membawa senjata.

SEDEKAH
Sedekah dapat menolak bencana. Karena ada hadist Rasulullah saw yang
diriwayatkan dari Ali, bahwa Rasulullah saw bersabda :

"Sedekah dapat merubah takdir yang mubram ( yang pasti )".

(HR. Bukhari,Muslim, at-Tirmidzi, Imam Ahmad)
Asal hadits tersebut diatas adalah:
"Silahturahmi dapat memperpanjang umur,dan sedekah dapat merubah takdir yang mubram"

TASBIH
Bacaan tasbih dapat mencegah terjadinya bencana, karena ada hadits yang diriwayatkan Ibn Ka'ab, dari Rasulullah saw, bahwa beliau bersabda :

"Subhanallah dapat mencegah turunnya azab".

Hal ini juga ditunjukan oleh firman Allah SWT, tentang Nabi Yunus as :

falawlaa annahu kaana mina lmusabbihiin 
lalabitsa fii bathnihi ilaa yawmi yub'atsuun

"Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari kebangkitan,"
(QS. ash-Shaffat : 143 - 144).

 “Seandainya ia tidak termasuk orang-orang yang mengingat Allah, dan termasuk orang-orang yang menyucikan-Nya, meninggikan-Nya dan memohon ampun kepada-Nya, niscaya perut ikan tersebut akan menjadi kuburannya. Akan tetapi dengan bacaan tasbih, dzikir dan permohonan ampunnya telah membebaskannya dari kesedihan. Tasbihnya sebagaimana yang diceritakan sendiri oleh Allah SWT dalam firman-Nya :
( Tafsir dari QS. ash-Shaffat : 143 - 144 )

"Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah,lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya),maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap:

laa ilaaha illaa anta subhaanaka innii kuntu mina zhzhaalimiin

 "Bahwa tidak Tuhan ( yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim,"
(QS. al-Anbiya': 87).

Kemudian bahwa Allah setelah itu berfirman :

fastajabnaa lahu wanajjaynaahu mina lghammi wakadzaalika nunjii lmu/miniin

"Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari kedukaan.Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman."
 (QS. al-Anbiya' :88)

Dalam riwayat lain dari Sa'd ibn Abi Waqqash, Rasulullah saw bersabda :
" Maukah kalian kuberitahu suatu doa, yang jika kalian memanfaatkan itu ketika ditimpa kesedihan atau bencana, maka Allah akan menghilangkan kesedihan itu ?
. Para sahabat menjawab: " Ya, wahai Rasulullah."
 Rasul bersabda: "Yaitu, doa Dzun Nun :

 La ilaha illa anta subhanaka inni kuntu minazh zhalimin

( tidak ada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau,sesungguhnya aku termasuk di antara orang-orang yang zhalim)."
(HR. Imam Ahmad, at-Tirmidzi, dan al Hakim)


SHALAWAT UNTUK RASULULLAH SAW

Sebagian orang saleh berkata : Sesungguhnya diantara sebab terbesar yang dapat menolak takdir dan melenyapkan keruwetan hidup adalah banyak membaca shalawat untuk Rasulullah saw. Karena sesungguhnya banyak membaca shalawat beliau termasuk perantara yang berguna untuk keamanan dari segala ketakutan dan mendapat penghargaan dari Allah dengan ketinggian derajat di Surga. Adapun dalil yang menguatkan argumentasi ini adalah sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ubay ibn Ka'b, bahwa seorang laki-laki telah mendedikasikan semua pahala shalawatnya untuk Rasulullah saw, maka Beliau berkata kepada orang tersebut :

"Jika begitu, lenyaplah kesedihanmu, dan dosamu akan diampuni."
 (HR. Imam Ahmad, ath-Thabrani)

Shalawat atas Nabi saw, adalah wajib menurut kesepakatan ulama (Ijma'),
karena adanya firman Allah SWT :

innallaaha wamalaa-ikatahu yushalluuna 'alaa nnabiyyi yaa ayyuhaalladziina aamanuu shalluu 'alayhi wasallimuu tasliimaa

"Sesungguhnya Allah dan Malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya,"
 (QS. al-Ahzab : 56)

Shalawat dari Allah SWT adalah rahmat, Shalawat dari Malaikat adalah
permohonan ampun. Sedangkan Shalawat dari orang mukmin adalah doa.
Rasulullah saw bersabda :

"Setiap doa terhijab di bawah langit. Ketika Shalawat telah datang
mengantarnya, maka doa itu akan naik."

Dilain pihak, Rasulullah saw bersabda :

"Barangsiapa membaca shalawat untukku satu kali, Allah akan bershalawat untuknya sepuluh kali."

TAQWA

Sesungguhnya taqwa adalah penyebab terkuat untuk mendatangkan kebaikan dan menolak bencana dengan tanpa disangka-sangka. Allah SWT berfirman :

"Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberikan rizki dari arah yang tiada disangka-sangkanya,"
(QS. ath-Thalaq : 2-3).

Tafsir jalan keluar : Yaitu dari kesulitan dan kesedihan dunia dan akhirat
Tafsir rizki dari arah yang tiada disangka-sangka : Yaitu memberi rizki dari
arah yang tidak pernah terlintas dalam benaknya.
Taqwa adalah melaksanakan ketaatan-ketaatan dan menjauhi maksiat. Siapa yang melaksanakan perintah-perintah dan menjauhi larangan-larangan, makaitulah hal terbesar yang dapat membukakan pintu kebahagian di dunia dan akhirat.

MEMPERBANYAK ISTIGFAR

Allah SWT berfirman :

faqultu istaghfiruu rabbakum innahu kaana ghaffaaraa
yursili ssamaa-a 'alaykum midraaraan
wayumdidkum bi-amwaalin wabaniina wayaj'al lakum jannaatin wayaj'al lakum anhaaraa

"Maka aku katakan kepada mereka : Mohonlah ampun kepada Tuhanmu,sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan memperbanyak harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai,"
 (QS. Nuh : 10-12).

Diriwayatkan dari Ibn Abbas bahwa, Rasulullah saw bersabda :

"Barangsiapa menetapi istighfar, maka Dia akan memberikan jalan keluar dari setiap kesempitan, kebebasan dari setiap kesedihan, dan Dia akan memberinya rizki dari arah yang tidak diperhitungkannya,"
(HR. Abu Daud, Ibn Majah dan Imam Ahmad).
Diceritakan bahwa seseorang telah mengadukan tentang paceklik dan kekeringan kepada Hasan al-Bashri, maka beliau menasehati:
"Mohonlah ampun(beristigfarlah) kepada Allah."
Orang lain mengadukan tentang kemiskinannya kepada beliau, beliau
menasehati: "Mohonlah ampun (beristigfarlah) kepada Allah."
Satunya lagi datang mengadukan tentang masalah kebunnya yang ditimpa
kekeringan. Beliau menasehati: "Mohonlah ampun (beristigfarlah) kepada
Allah."
Yang lain lagi datang kepda beliau mengadukan masalah kemandulannya. Beliau tetap menasehati: "Mohonlah ampun (beristigfarlah) kepada Allah."
Kemudian beliau membacakan ayat tersebut (QS. Nuh : 10-12), kepada mereka.

* sumber info *
Disadur dari buku : Prilaku yang dapat memperpanjang umur dan merubah
takdir, oleh Ahmad Baghlabah, hal 109 - 118.

Wallahu a’lam bish-shawabi

" jadikan menulis untuk menghibur diri dan menghilangkan kesedihan serta saling berbagi "


»»  READMORE...

Minggu, 28 Juli 2013

" Kerendahan Hati dan mengakui kelemahan diri "

Kerendahan Hati dan mengakui kelemahan diri

Maulana Syaikh Muhammad Nazhim Adil al-Haqqani
dalam Mercy Oceans (Book Two)

Abu Bakar ash-Shiddiq ra mempunyai derajat tertinggi di antara semua ummat setelah Rasulullah saw.  Beliau adalah orang yang paling benar dan jujur dalam iman dan keyakinannya.  Rasulullah bersabda, “Jika iman seluruh ummatku ditimbang dengan imannya Abu Bakar ra, maka imannya Abu Bakar akan lebih berat.”

Tetapi Abu Bakar berkata kepada dirinya, “Wahai Shiddiq yang tidak patuh, dalam pandanganku, apapun yang mereka katakan, kamu harus bertaubat dan memohon ampun.”  Di mana kita ketika memandang diri kita sendiri?  Derajat terendah adalah derajat yang tertinggi.
 Abu Yazid berkata, “Tak seorang pun dapat mencium realitas iman kecuali dia memandang level egonya lebih buruk daripada Fir’aun, Namrud, Setan dan Abu Jahal.”

Kita mungkin akan berkata, “Baiklah, Aku terima.Aku memang seperti itu, egoku yang terburuk.”  Tetapi ada sejumlah ujian untuk itu.  Jika ada yang memanggil kita dengan sebutan, “Hei Keledai!” kemudian kita merasa geram kepada mereka dan menyahut, “apa!”, berarti kita telah membuktikan bahwa kita memang keledai.

Menghormati semua orang adalah tugas kita, ini adalah ajaran agama kita.  Jalan Sufisme yang sejati memerintahkan kita untuk menghormati semua orang. Seseorang bisa saja tidak peduli dalam jalannya atau mempunyai karakter yang tidak baik dan bisa jadi akan menyerangmu.  Kalian tidak perlu untuk turun ke tingkatannya dan berkelahi dengannya.

Syaikh Saadi Syirazi, seorang penyair Sufi bercerita dalam suatu kisah.  Suatu ketika ada seseorang yang digigit seekor anjing.  Dia tidak bisa tidur semalaman karena kesakitan.  Anaknya bertanya apa yang telah menimpa dirinya. Dia berkata “Hari ini seekor anjing menggigitku,” anak itu bertanya, “Mengapa engkau tidak menggigitnya kembali?”  “Oh anakku, Aku bisa saja menahan sakitku, tetapi Aku tidak akan menjadi anjing seperti dia.”

Ketika kita menerima bahwa ego kita bagaikan binatang buas, kalian tidak akan marah dengan siapa pun.  Itu adalah kerendahan hati dan merupakan dasar bagi pembangunan karakter baik.

Karena seorang bayi menerima kelemahannya secara total, Allah Swt menunjuk begitu banyak hamba untuk menjaganya.  Tetapi ketika dia mulai tumbuh dan merasa mempunyai kekuatan, hamba-hamba itu mulai menyingkir. Kemudian dia belajar bahwa pandangan mengenai dirinya ini tidak benar, sebenarnya dia sangat membutuhkan orang lain.

Bagi orang yang menyadari bahwa dia memerlukan pertolongan, Allah mengirim pertolongan kepadanya dari segala penjuru.  Setiap orang yang memohon dengan serius akan mencapai sasarannya.

Wa min Allah at Taufiq

* sumber info * 
arief hamdani
http://mevlanasufi.blogspot.com
________________________________________________________________________
Yahoo! Messenger - Communicate instantly..."Ping"
your friends today! Download Messenger Now
http://uk.messenger.yahoo.com/download/index.html

Wallahu a’lam bish-shawabi

" jadikan menulis untuk menghibur diri dan menghilangkan kesedihan serta saling berbagi "


»»  READMORE...

Sabtu, 27 Juli 2013

Blouse Batik Solo



aneka blouse batik




 

* blouse Rp.60rib




 

* blouse batik



 

* blouse batik




* blouse batik Rp.75ribu


  * Rp.100ribu








»»  READMORE...

" Cerita Islami "


Dua menit manfaat selangit

Seorang mandor bangunan yg berada di lt 5 ingin memanggil pekerjanya yg lagi bekerja di bawah…
Setelah sang mandor berkali-kali berteriak memanggil, si pekerja tidak dapat mendengar karena fokus pada pekerjaannya dan bisingnya alat bangunan.
Sang mandor terus berusaha agar si pekerja mau menoleh ke atas, dilemparnya Rp. 1.000- yg jatuh tepat di sebelah si pekerja.
Si pekerja hanya memungut Rp 1.000 tsb dan melanjutkan pekerjaannya.
Sang mandor akhirnya melemparkan Rp 100.000 dan berharap si pekerja mau menengadah “sebentar saja” ke atas.
Akan tetapi si pekerja hanya lompat kegirangan karena menemukan Rp 100.000 dan kembali asyik bekerja.
Pada akhirnya sang mandor melemparkan batu kecil yang tepat mengenai kepala si pekerja. Merasa kesakitan akhirnya si pekerja baru mau menoleh ke atas dan dapat berkomunikasi dengan sang mandor…
Cerita tersebut di atas sama dengan kehidupan kita, Allah selalu ingin menyapa kita, akan tetapi kita selalu sibuk mengurusi “dunia” kita.
Kita diberi rejeki sedikit maupun banyak, sering kali kita lupa untuk menengadah bersyukur kpd NYA
Bahkan lebih sering kita tidak mau tahu dari mana rejeki itu datang···
Bahkan kita selalu bilang ··· kita lagi “HOKI!”
Yang lebih buruk lagi kita menjadi takabur dengan rejeki milik Allah.
Jadi jangan sampai kita mendapatkan lemparan “batu kecil” yg kita sebut musibah …! agar kita mau menoleh kepada-NYA.
Sungguh Allah sangat mencintai kita, marilah kita selalu ingat untuk menoleh kepada NYA sebelum Allah melemparkan batu kecil.
Semoga Bermanfaat ..

http://kisahislami.com/bacalah-tulisan-ini-2-menit-saja/

Wallahu a’lam bish-shawabi

" jadikan menulis untuk menghibur diri dan menghilangkan kesedihan serta saling berbagi "
»»  READMORE...

Senin, 15 Juli 2013

Amar Ma'ruf Nahi Mungkar

Bismillahir rahmanir rahim

*****  Amar Ma'ruf Nahi Mungkar *****

Dari Abu Hurairah ra., Bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa mengajak kepada suatu kebaikan, maka ia mendapat pahala seperti orang yang mengikutinya, dengan tidak mengurangi sedikitpun pahala-pahala mereka. Dan barang siapa yang mengajak kepada kesesatan maka ia akan mendapat dosa seperti orang yang mengikutinya, dengan tidak mengurangi sedikitpun dosa-dosa mereka."
(H.R. Muslim)
Dari Ibnu Mas'ud ra., berkata Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa yang menunjukkan suatu kebaikan maka ia mendapat pahala seperti orang yang mengerjakannya."
 (H.R. Muslim)
Abu Sa'id Al-Khudry ra., berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda:
"Barang siapa di antara kamu sekalian melihat suatu kemunkaran, maka hendaklah ia merubah dengan kekuasaannya, kalau tidak mampu maka dengan tegurannya, dan kalau tidak mampu, maka dengan hatinya. Dan yang terakhir adalah selemah-lemahnya iman."
(H.R. Muslim)
Dari Ibnu Mas'ud ra., bahwasanya Rasulullah ASW. bersabda:
"Tidak seorang nabi pun yang diutus Allah kepada suatu ummat sebelumku kecuali ia mempunyai penolong-penolong setia dan kawan-kawan yang senantiasa mengikuti sunnahnya dan mentaati perintahnya, kemudian sesudah periode mereka timbullah penyelewengan dimana mereka mengucapkan apa yang tidak mereka kerjakan dan mereka mengerjakan apa yang tidak diperintahkan. Maka barang siapa yang memerangi mereka dengan kekuasaannya maka ia adalah orang yang beriman, barang siapa yang memerangi mereka dengan ucapannya, maka ia adalah orang yang beriman dan barang siapa yang memerangi mereka dengan hatinya, maka ia adalah seorang yang beriman juga; selain dari itu tidaklah ada padanya rasa iman walau hanya sebiji sawi."
(H.R. Muslim)

Abu Bakr Ash-Shiddiq ra., berkata: " Wahai sekalian manusia sesungguhnya kalian membaca ayat ini : 'Yaa ayyuhal ladziina aamnuu 'alaikum anfusakum laa yadhurrukum man dhalla idzahtadaitum.' (Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu masing-masing, tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu jika kamu telah mendapat petunjuk). Dan sesungguhnya saya pernah mendengar Rasulullah SAW. bersabda:
"Bahwasanya manusia itu bila mengetahui orang berbuat zhalim kemudian mereka tidak mengambil tindakan, maka Allah akan meratakan siksaan kepada mereka semua."
(H.R. Abu Daud, Tirmidzi dan Nasa'i)
Dari hudzaifah ra., Rasulullah SAW bersabda: "Demi Tuhan yang jiwaku berada dalam kekuasaanNya, kamu harus sungguh-sungguh menyuruh kebaikan dan mencegah kemunkaran, kalau tidak Allah akan menurunkan siksaan kepadamu, kemudian kamu berdoa kepadaNya, maka tidak akan dikabulkan doamu itu."
(H.R. Tirmidzi)
Ibnu Mas'ud berkata: " Saya mendengar Rasulullah SAW. bersabda: "Semoga Allah memberi cahaya berkilau-kilau kepada seseorang yang mendengar sesuatu dariku kemudian ia menyampaikan sebegaimana yang ia dengar, karena banyak orang yang disampaikan kepadanya (sesuatu itu) lebih menerima daripada orang yang mendengarnya sendiri."
(H.R. Tirmidzi)
Abu Zaid Usamah bin Haritsah ra., berkata: "Saya mendengar Rasulullah bersabda: "Pada hari kiamat kelak ada seseorang yang digiring lantas dilemparkan ke dalam neraka, seluruh isi perutnya keluar lalu berputar-putar seperti berputar-putarnya keledai di kincir, kemudian seluruh penghuni neraka berkumpul mengerumuninya, lantas menegur: "Wahai Fulan, apa yang terjadi padamu, apakah kemu tidak beramar ma'ruf dan nahi munkar?" Ia menjawab: "Ya saya menganjurkan kebaikan tetapi saya sendiri tidak menjalankannya, dan saya melarang kemunkaran tetapi saya sendiri malah mengerjakannya."
(H.R. Bukhari & Muslim).
Dari Abu Sa'id Al-Khudry ra., Rasulullah SAW bersabda: "Jauhilah olehmu sekalian duduk di jalan-jalan." Para sahabat berkata: "Ya Rasulullah kami tidak bisa meninggalkan tempat duduk kami (di jalan) itu dimana kami berbincang-bincang di sana." Rasulullah menjawab: "Apabila kamu sekalian enggan untuk tidak duduk di sana maka penuhilah hak jalan itu." Para shahabat bertanya: "Apakah hak jalan itu ya Rasullah." Beliau menjawab: "Yaitu memejamkan mata, membuang kotoran, menjawab salam serta menyuruh kebaikan dan mencegah kemunkaran."
(H.R.BUKHARI DAN MUSLIM)
Pentingnya Amar Ma'ruf dan Nahi Mungkar
Ahmad, Ibnu Abi Syaibah, Abdullah bin Humaid, Abu Daud, At-Tirmidzy, An-Nasa'y, Ibnu Majah, Ad-Daruquthny, Al-Baihaqy, dan Abu Ya'la mentakhrijkan dari Qais bin Abu Hazim, dia berkata, "Setelah Abu Bakar menjadi khalifah, dia naik ke atas mimbar, lalu menyampaikan pidato. Setelah menyampaikan pujian kepada Allah, dia berkata,
"Wahai semua manusia , tentunya kalian juga membaca ayat ini, 'Hai orang orang yang beriman, jagalah diri kalian. Tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepada kalian apabila kalian telah mendapat petunjuk”
(QS Al-Maidah : 105), namun kalian meletakkan ayat ini bukan pada tempatnya. Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, 'Sesungguhnya apabila manusia melihat kemungkaran dan mereka tidak mau merubahnya, maka Allah akan menyegerakan siksa yang menyelingkupi mereka semua'."
(Al-Kanzu, 2/138)
Ath-Thabrany mentakhrijkan dari Thariq bin Syihab, dia berkata, "Itris bin Urqub Asy-Syaibany menemui Abdullah ra . seraya berkata, "binasalah orang yang tidak menyuruh kepada yang ma'ruf dan tidak mencegah dari yang mungkar." Abdullah ra. meralat ucapannya dengan, "Bahkan binasalah orang yang tidak memperlihatkan yang makruf dan tidak mengingkari yang mungkar"._

Wallahu a’lam bish-shawabi

* diambil dari berbagai sumber *

" jadikan menulis untuk menghibur diri dan menghilangkan kesedihan serta saling berbagi " 

»»  READMORE...

TAUBAT DAN ISTIGHFAR

TAUBAT DAN ISTIGHFAR
Ayat-ayat tentang taubat:

Allah Ta’ala berfirman:
“Katakanlah: ‘Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah yang maha pengampun lagi Maha penyayang.”
(Az-Zumar: 53).

“Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya sendiri, kemudian ia memohon ampunan kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha pengampun lagi Maha Penyayang.”
(An-Nisa’: 110).

“Dan Dialah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
(Asy-syuura: 25).

“Orang-orang yang mengerjakan kejahatan kemudian bertaubat sesudah itu dan beriman; sesungguhnya Tuhan kamu, sesudah taubat yang disertai dengan iman itu adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(Al-A’raf: 153).

“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.”
(An-Nur: 31).

“Maka mengapa mereka tidak bertaubat kepada Allah dan memohon ampun kepadaNya? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(Al-Maidah: 74).

“Tidakkah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-Nya dan menerima zakat, dan bahwasanya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”
(At-Taubah: 104).

“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kalian kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhanmu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.”
(At-Tahrim: 8).

“Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beramal shaleh kemudian tetap di jalan yang benar.”
(Thaaha: 82).

“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya, dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.”
(Ali-Imran: 135-136).

Firman Allah Ta’ala: “mereka ingat Allah” maksudnya mereka ingat keagungan Allah, ingat akan perintah dan larangan-Nya, janji dan ancaman-Nya, pahala dan siksa-Nya, sehingga mereka segera memohon ampun kepada Allah dan mereka mengetahui bahwasanya tidak ada yang dapat menagampuni dosa-dosa selain daripada Allah.
Dan firman Allah Ta’ala: “Dan mereka tidak meneruskan perbuatan keji itu” yakni mereka tidak tetap melakukannya padahal mereka mengetahui hal itu dilarang, dan bahwa ampunan Allah bagi orang yang bertaubat daripadanya.
Dalam hadits disebutkan:
“Tidaklah dianggap melanjutkan perbuatan keji orang yang memohon ampun, meskipun dalam sehari ia ulangi sebanyak 70 kali.”
(HR. Abu Ya’la, Abu Daud, At-Tirmidzi dan Al Bazzar dalam musnadnya, Ibnu Katsir mengatakan: hadis hasan; tafsir Ibnu Katsir, 1/408.

Hadits-hadits tentang taubat:
Rasulullah r bersabda:
“Wahai sekalian manusia, bertaubatlah kepada Allah dan memohonlah ampun kepada-Nya, sesungguhnya aku bertaubat dalam sehari sebanyak 100 kali.”
(HR. Muslim).

Demikianlah keadaan Rasulullah r, padahal beliau telah diampuni dosa-dosanya, baik yang lalu maupun yang akan datang. Tetapi Rasulullah adalah hamba yang pandai bersyukur, pendidik yang bijaksana, pengasih dan penyayang. Semoga shalawat dan salam yang sempurna dilimpahkan kepada beliau.
Abu Musa t meriwayatkan dari Rasulullah r:
“Sesungguhnya Allah membentangkan tangan-Nya pada malam hari agar bertaubat orang yang berbuat jahat di siang hari dan Dia membentangkan tangan-Nya pada siang hari agar bertaubat orang yang berbuat jahat di malam hari, sehingga matahari terbit dari barat (Kiamat).”
(HR. Muslim).

Rasulullah t bersabda:
“Barangsiapa bertaubat sebelum matahari terbit dari barat niscaya Allah menerima taubatnya.”
(HR. Muslim).

Sebab jika matahari telah terbit dari barat maka pintu taubat serta merta ditutup.
Demikian pula tidak ada gunanya taubat seseorang ketika hendak meninggal dunia. Allah berfirman:
“Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan: “sesungguhnya aku bertaubat sekarang.”
(An-Nisaa’: 18).

Rasulullah r bersabda:
“Sesungguhnya Allah menerima taubat seseorang hamba, selama nyawanya belum sampai di kerongkongan.”
(HR. At-Tirmidzi, dan ia menghasankannya).

Karena itu setiap muslim wajib bertaubat kepada Allah dari segala dosa dan maksiat di setiap waktu dan kesempatan sebelum ajal mendadak menjemputnya sehingga ia tak lagi memiliki kesempatan, lalu baru menyesal, meratapi atas kelengahannya. Jika dia orang baik, maka dia menyesal mengapa dia tidak memperbanyak kebaikannya, dan jika dia orang jahat maka ia menyesal mengapa ia tidak bertaubat, memohon ampun dan kembali kepada Allah.
Dari Ibnu Abbas t, ia berkata, Rasulullah r bersabda:
“Barangsiapa senantiasa beristighfar, niscaya Allah menjadikan untuk setiap kesedihannya kelapangan dan untuk setiap kesempitannya jalan keluar, dan akan diberi-Nya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangka.”
(HR. Abu Daud)([1]).

Imam Al-Auza’i ditanya: “bagaimana cara beristighfar?” beliau menjawab: “Hendaknya mengatakan: “Astaghfirullah, astaghfirullah.” Artinya, aku memohon ampunan kepada Allah.
Anas t meriwayatkan, aku mendengar Nabi r bersabda, Allah berfirman:
“Allah Ta’ala berfirman: “Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau memohon dan mengharap kepada-Ku, niscaya Aku ampuni dosa-dosamu yang lalu dan aku tidak peduli. Wahai anak Adam, seandainya dosa-dosamu sampai ke awan langit, kemudian engkau memohon ampun kepada-Ku niscaya Aku mengampunimu dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau datang kepada-Ku dengan dosa-dosa sepenuh bumi dan kamu menemui-Ku dalam keadaan tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatupun, niscaya Aku datangkan utukmu ampunan sepenuh bumi pula.”
(HR. At-Tirmidzi, ia berkata: hadits ini hasan).

 Dalam hadits di atas disebutkan tiga sebab mendapatkan ampunan:
• Berdoa dengan penuh harap.
• Beristighfar, yaitu memohon ampunan kepada Allah.
• Merealisasikan tauhid, dan memurnikannya dari berbagai bentuk syirik, bid’ah dan kemaksiatan.
Hadits di atas juga menunjukkan luasnya rahmat Allah, ampunan, kebaikan dan anugerah-Nya yang banyak.

SYARAT-SYARAT TAUBAT

Taubat dari segala dosa hukumnya adalah wajib. Jika maksiat itu terjadi antara hamba dengan Allah, tidak berkaitan dengan hak manusia maka ada tiga syarat taubat:
• Hendaknya ia meninggalkan maksiat tersebut.
• Menyesali atas perbuatannya.
• Berniat teguh untuk tidak mengulangi perbuatan tersebut selama-lamanya.
Apabila salah satu syarat ini tidak terpenuhi, maka taubatnya tidak sah.
Adapun jika maksiat itu berkaitan dengan hak manusia maka taubat itu diterima dengan empat syarat. Yakni ketiga syarat di muka, dan yang ke empat hendaknya ia menyelesaikan hak yang bersangkutan. Jika berupa harta atau sejenisnya, maka ia harus mengembalikannya. Jika berupa had (hukuman) atas tuduhan atau sejenisnya maka hendaknya had itu ditunaikan atau ia meminta maaf kepadanya. Jika berupa ghibah (menggunjing) maka ia harus memohon maaf.
Dan ia wajib meminta ampun kepada Allah dari segala dosa. Jika ia bertaubat dari segala dosa, maka taubat itu diterima di sisi Allah, dan dosa-dosanya yang lain masih tetap ada. Banyak sekali dalil-dalil Al-Qur’an, sunnah, dan ijma’ yang menunjukkan wajibnya melakukan taubat. Dan dalil-dalil yang dimaksud telah kita uraikan di muka. Allah menyeru kita untuk bertaubat dan beristighfar, Ia menjanjikan untuk mengampuni dan menerima taubat kita. Merahmati kita manakala kita bertaubat kepada-Nya serta mengampuni dosa-dosa kita, dan sungguh Allah tidak mengingkari janji-Nya.
Ya Allah, terimalah taubat kami, sesungguhnya Engkau Maha penerima taubat lagi Maha Penyayang.
Semoga shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad, keluarga dan para sahabatnya.
Amin.
* diambil dari berbagai sumber *
" jadikan menulis untuk menghibur diri dan menghilangkan kesedihan serta saling berbagi "
»»  READMORE...