" jadikan menulis untuk menghibur diri dan menghilangkan kesedihan serta saling berbagi "

Jumat, 12 Juli 2013

" I’TIKAF "

I’TIKAF

Bismillahir rahmanir rahim


I'tikaf adalah amalan berdiam diri dengan meninggalkan segala kesibukan dunia se-mata2 untuk beribadah dan mengingat Allah (swt) yang diawali dengan niat i'tikaf.

Tempat I'tikaf

Bagi kaum lelaki, tempat yang paling utama untuk beri'tikaf adalah Masjidil Haram di Makkah al-mukaromah, kemudian Masjid Nabawi di Madinah al-munawarah kemudian masjid Baitul Maqdis di Palestina, kemudian masjid jami',selanjutnya masjid di lingkungan masing2.
Menurut imam Abu Hanifah, masjid yang dapat digunakan seorang untuk beri I’tikaf adalah masjid yang digunakan untuk shalat berjamaah lima waktu.Menurut imam Abu Yusuf dan Imam Muhammad (Shahibain), masjid yang sesuai dengan syariat adalah cukup memadai untuk dijadikan tempat i'tikaf, walaupun disana tidak terdapat shalat berjamaah lima waktu.
Bagi wanita, hendaknya mereka beri'tikaf di mushalla yang terdapat didalam rumahnya. apabila di rumahnya tidak terdapat mushalla maka dia dapat menyediakan satu ruangan khusus untuk beri'tikaf. Beri'tikaf bagi kaum wanita lebih mudah daripada kaum lelaki karena mereka berada di rumahnya sendiri. Namun sayangnya, walaupun kaum wanita diberi kemudahan sedemikian rupa, banyak diantara mereka yang tidak mengamalkannya.

Masa I'tikaf

Masa terbaik beri'tikaf adalah pada 10 hari akhir bulan ramadhan. Adapun mengenai lamanya masa i'tikaf, maka para ulama berbeda pendapat. Imam Abu Hanifah(rah.a) berpendapat bahwa tidak boleh beri'tikaf kurang dari satu hari. Namun menurut imam Muhammad (rah.a) boleh beri'tikaf walaupun dalam masa yang singkat. Dan pendapat inilah yang lebih disukai sebagai fatwa itikaf oleh sebagian orang. Oleh karena itu dianjurkan bagi setiap orang yang masuk ke masjid agar berniat i'tikaf. Kita akan mendapatkan pahala i'tikaf sesuai dengan kadar lamanya kita melaksanakan shalat dan ibadah2 lainnya.

Tiga jenis i'tikaf

1. I'tikaf wajib

Yaitu i'tikaf yang disebabkan oleh nadzar, seperti perkataan seseorang,Apabila pekerjaan saya terpenuhi, maka saya akan melaksanakan i'tikaf sekian hari." Atau tanpa bergantung kepada penunaian sesuatu pekerjaan, misalnya,saya mewajibkan i'tikaf atas diri saya sendiri selama sekian hari." Wajib atasnya untuk menunaikan nadzarnya sebanyak hari yang telah dia niatkan.

2. I'tikaf sunah

Yaitu beri'tikaf selama sepuluh hari terakhir di bulan ramadhan, sebagaimana kebiasaan Rasulullah (saw) yang beri'tikaf sepanjang hari2 tersebut.

3. I'tikaf nafil

Yaitu i'tikaf yang tidak ditentukan waktu dan harinya. Kapan saja diinginkan biasa dilakukan, sehingga kalaupun seseorang berniat melakukan i'tikaf seumur hidupnya, hal itu diperbolehkan.

Perumpamaan Pahala i'tikaf sangat banyak. Begitu juga dengan keutamaan2-nya sehingga Rasulullah (saw) terus menerus menjaganya. Perumpamaan seseorang yang sedang beri'tikaf adalah seperti seseorang yang pergi ke seorang penguasa untuk memenuhi hajatnya dan tetap tinggal disana sampai dia mendapatkan jaminan darinya. Jika keadaannya seperti ini maka penguasa yang paling keras hatinya pun akan luluh hatinya.

Dan Allah yang maha pemurah akan memberikan ampunan kepada orang2 yang mendatangi-Nya, karena ketika seseorang melepaskan hubungannya dengan dunia lalu dia memohon di depan pintu rumah Allah, maka tidak diragukan lagi tentang kepergiannya tersebut adalah menuju anugerah Allah. Adapun seseorang yang diberi karunia oleh Allah, maka siapakah yang dapat menggambarkan kekayaannya yang sempurna? Sungguh, tiada seorang pun yang akan sanggup mengungkapkannya lebih lanjut.
Subhanallah.


Maksud i'tikaf

Bismillahir rahmanir rahim

Imam Ibnul Qayyim (rah.a) berkata,
Maksud i'tikaf adalah untuk menghubungkan ruh dan hati orang yang beri’tikaf dengan dzat Allah (swt) yang maha suci dengan cara memutuskan hubungan dengan selain Allah (swt), memusatkan perhatian hanya kepada Allah dan mengalihkan kesibukan dari selain Allah yang maha suci serta dengan memutuskan seluruh perhatian kepada selain Allah (swt).

Menjadikan seluruh pikiran dan angan2-nya se-mata2 hanya untuk mengingat-Nya dan menumbuhkan kecintaan kepada-Nya, sehingga tumbuhlah kecintaan yang mendalam kepada-Nya sebagai pengganti kecintaan-Nya kepada makhluk. Kecintaan seperti inilah yang akan bermanfaat di tengah keganasan kubur, yang pada hari itu tiada seorang pun dari yang kita cintai bisa memberi pertolongan selain Allah (swt). Apabila hati ini telah mencintai-Nya, maka betapa indah dan nikmatnya waktu yang akan berlalu bersama-Nya.

Penulis kitab Marakil Falah mengatakan, "Apabila i'tikaf dikerjakan dengan niat yang ikhlas, maka hal itu adalah ibadah yang paling utama.Keistimewaan2-nya tidak terbatas, termasuk untuk membersihkan hati dari kecintaan dan ketergantungan kepada dunia berserta isinya, menyerahkan jiwa kepada Allah (swt) dan bersimpuh di hadapan Allah (swt).Juga,semasa beritikaf seseorang senantiasa sibuk dalam beribadah yang seluruh pekerjaanya,tidurnya dan bangunnya dianggap sebagai ibadah dan usaha mendekatkan diri kepada Allah (swt)."

Dalam sebuah hadits qudsi di terangkan, "Barang siapa yang mendekati-Ku sejengkal,maka Aku mendekatinya sehasta dan barang siapa yang mendekati-Ku dengan berjalan, maka Aku mendekatinya dengan berlari". Dengan beri'tikaf juga berarti seseorang tinggal di rumah Allah (swt) yang maha pemurah dan yang senantiasa memuliakan orang2 yang mendatangi-Nya. Begitu juga dia berada dalam benteng penjagaan Allah (swt), sehingga tidak ada gangguan musuh yang akan mengenainya. Dan masih banyak lagi keutamaan2 dan keistimewaan2 ibadah yang terkait dengan i'tikaf yang sangat penting ini.
Subhanallah.

Manfaat I'tikaf

Bismillahirrahmanirrahim


Dari Ibnu Abbas (ra) sesungguhnya Rasulullah (saw) bersabda mengenai orang yang beri'tikaf, bahwa dia terjaga dari dosa2 dan dituliskan baginya kebaikan2 sebagaimana orang yang berbuat kebaikan2 seluruhnya. (HR. Ibnu Majah – Misykat)

Dua manfaat khusus dalam i'tikaf:

Pertama, dengan beri'tikaf seseorang terjaga dari dosa2. Karena terkadang seseorang itu terjerumus ke dalam perbuatan2 dosa, apakah karena kesengajaan atau karena kesalahan dan kekeliruan. Sedangkan zaman ini merupakan zaman yang penuh kezhaliman dan kemaksiatan yang kian merajalela. Maka dengan beri tikaf seseorang akan terjaga dari segala godaan untuk berbuat dosa.

Kedua, secara lahiriyah orang yang sedang beri'tikaf nampaknya rugi karena banyak sekali amal2 saleh seperti mengantar jenazah, menengok orang sakit dan amal2 lainya yang tidak dapat dilakukannya. Oleh karena itu, menurut hadist diatas, ibadah2 yang tidak dapat dilakukan karena terhalang,maka dengan I tikaf pahala dari semua ibadah itu akan diperolehnya juga.

Maha besar Allah dan betapa besar rahmat dan kemurahan yang di karuniakan-Nya kepada kita, sehingga seseorang yang mengerjakan satu ibadah saja akan mendapatkan sepuluh pahala ibadah lainya. Pada hakikatnya rahmat Allah adalah sangat luas. Dengan sedikit memberi perhatian dan meminta kepada-Nya, maka rahmat itu akan datang ber-curah2 laksana hujan.
Subhanallah.

Tujuan Utama I'tikaf

Bismillahirrahmanirrahim


Dari Abu Said Al-khudri (ra) bahwa Rasulullah (saw) beri'tikaf pada sepuluh hari awal bulan ramadhan, kemudian dilanjutkan pada sepuluh pertengahan didalam sebuah kemah Turki, kemudian menggulurkan kepalanya seraya bersabda,
"Sesungguhnya aku telah beri'tikaf sejak sepuluh awal bulan ini untuk mendapatkan lailatul qadar, kemudian sepuluh pertengahan. Kemudian dikatakan kepadaku bahwa lailatul qadar itu terdapat pada sepuluh yang terakhir. Maka barang siapa yang sekarang beri'tikaf, hendaklah beri'tikaf juga sepuluh malam terakhir. Sungguh kepadaku telah diperlihatkan mengenai malam (lailatul qadar) ini, tetapi kemudian aku terlupa (harinya). Sungguh aku telah melihat diriku sendiri yang sedang bersujud diantara air dan tanah(lumpur) pada waktu shubuhnya. Maka carilah lailatul qadar itu pada sepuluh akhir, dan carilah ia pada setiap malam yang ganjil." Abu Said Al-khudri(ra) berkata, "Maka turunlah hujan pada malam itu. Masjid ketika itu beratapkan pelepah kurma, sehingga masjid tergenang air.
Beri'tikaf pada bulan ramadhan adalah amalan yang biasa dilakukan oleh Nabi(saw). Di bulan ini beliau beri'tikaf selama sebulan penuh dan pada tahun terakhir diakhir hayatnya beliau hanya beri'tikaf selama dua puluh hari.Namun karena kebiasaan beliau yang mulia adalah beri'tikaf pada sepuluh hari terakhir di bulan ramadhan, maka para ulama berpendapat bahwa beri'tikaf pada sepuluh hari terakhir di bulan ramadhan adalah sunnah muakkad.

Berdasarkan hadits diatas, dapat diketahui bahwa tujuan utama dari i'tikaf adalah untuk mencari malam keutamaan (lailatul qadar). Pada hakikatnya,untuk mencari lailatul qadar tersebut hanyalah melalui i’tikaf. Inilah cara yang lebih tepat, karena apabila seseorang beri'tikaf – walaupun dia tertidur – tetap akan dihitung sebagai ibadah. Selain itu, dalam beri'tikaf pekerjaan-pekerjaan lain seperti pulang pergi kesana-kemari sudah tidak dilakukan lagi, maka tidak ada kesibukan bagi orang yang beri'tikaf selain ibadah dan mengingat Allah. Oleh karena itulah tidak ada sesuatu yang paling baik bagi orang-orang yang menghargai lailatul qadar dan mencarinya selain dengan beri'tikaf.Pada mulanya, selama bulan ramadhan penuh Rasulullah (saw) sangat memperhatikan dan memperbanyak ibadah. Namun pada sepuluh malam terakhir,beliau tidak mengenal batas waktu dalam beribadah. Beliau bangun malam dan membangunkan keluarganya untuk hal yang sama sebagaimana yang diceritakan oleh Aisyah (rha) dalam sebuah hadist riwayat Bukhari dan
Muslim, "Selama sepuluh hari terakhir bulan ramadhan Rasulullah (saw) lebih mengencangkan ikat sarungnya dan bangun malam serta membangunkan keluarganya untuk beribadah." Maksud dari 'mengencangkan ikat sarungnya' adalah bahwa beliau lebih ber-sungguh2 dalam beribadah dibandingkan dengan hari2 lainya. Dapat juga bermakna bahwa beliau tidak berhubungan dengan istri2 beliau pada hari2 tersebut.
Subhanallah

I'tikaf & Hajat saudara muslim



Bismillahir rahmanir rahim

Dari Ibnu Abbas (ra) bahwa suatu ketika dia beri'tikaf di masjid Rasulullah (saw) lalu seseorang datang dan memberi salam kepadanya, kemudian duduk.Ibnu Abbas (ra) berkata kepadanya, "Hai fulan, aku melihatmu dalam keadaan gelisah dan sedih." Dia berkata, "Benar, wahai putera paman rasulullah. Aku mempunyai tanggungan hutang kepada seseorang. Demi kemuliaan penghuni kubur ini (maksudnya kubur Rasulullah), aku belum sanggup melunasinya." Ibnu Abbas (ra) berkata, "Bolehkah aku berbicara kepadanya mengenai dirimu?" Dia menjawab, "Silahkan, jika menurutmu hal itu akan jadi lebih baik." Maka dengan memakai sandalnya, diapun keluar dari masjid. Orang itu berkata,
Apakah engkau lupa apa yang sedang engkau lakukan (beri'tikaf)?" Ibnu Abbas(ra) menjawab, "Tidak, tetapi sesungguhnya aku telah mendengar penghuni kubur ini dalam waktu yang belum lama – maka keluarlah air mata dari kedua matanya –berkata, "Barang siapa berjalan untuk menunaikan hajat saudaranya dan berusaha sungguh2 di dalamnya, maka hal ini lebih utama.

Dua keutamaan dari hadits ini:

Pertama, dengan i'tikaf satu hari, maka Allah (swt) akan menjauhkan
seseorang dari neraka jahannam sejauh tiga parit, sedangkan lebar satu parit lebih jauh daripada jarak langit dan bumi. Semakin banyak hari2 dia beritikaf, maka semakin banyak pula dia akan mendapat kelebihan pahala.
Allamah Sya'rani (rah.a) meriwayatkan hadits Rasulullah (saw) dalam kitabnya Kasyful-Ghummah, bahwa barang siapa beri'tikaf pada malam 10 hari bulan ramadhan, maka baginya dua pahala haji dan dua pahala umrah. Dan barang siapa beri'tikaf setelah shalat maghrib dan isya dengan melaksanakan shalat nafil, membaca al-quran dan tidak berbicara dengan siapapun maka Allah (swt) akan membangunkan sebuah istana baginya di dalam syurga.

Kedua, yang merupakan sesuatu yang lebih penting daripada yang pertama adalah menunaikan hajat (keperluan) saudara muslim, sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah (saw) bahwa hal itu lebih utama daripada i'tikaf selama 10 tahun. Oleh karena itulah Ibnu Abbas (ra) tidak mempedulikan Itikafnya dengan datangnya kesempatan itu. Karena baginya i'tikaf dapat diganti atau dikerjakan pada kesempatan yang lain.

Sesungguhnya Allah (swt) sangat menghargai hati yang hancur tidak seperti penghargaan-Nya kepada hal2 yang lain. Inilah alasan mengapa dalam beberapa hadits diperingatkan agar kita ber-hati2 terhadap doa orang yang dizhalimi.Dan ketika Rasulullah (saw) mengirim seseorang ke suatu daerah sebagai hakim / da'i, maka beliau senantiasa berpesan kepadanya,
"Takutilah doa orang2
yang dizhalimi."


Satu hal yang harus diperhatikan juga adalah bahwa apabila seseorang sedang beri'tikaf lalu keluar dari masjid, maka i'tikafnya menjadi batal, bahkan sekalipun keluarnya itu untuk menunaikan hajat saudaranya yang muslim.Apabila i'tikaf yang sedang dikerjakannya adalah i'tikaf wajib, maka wajib
baginya untuk menganti kembali (mengqadhanya). Rasulullah (saw) sendiri tidak keluar dari masjid dalam masa i'tikaf kecuali untuk hajat kemanusiaannya seumpama buang air dan wudhu.

Karena sifat itsarnya pula (sifat mengutamakan orang lain daripada diri sendiri), maka Ibnu Abbas (ra) rela meningalkan i'tikafnya. Hal yang mirip dengan hal ini adalah seperti kejadian yang berlaku dalam pertempuran Yamamah, dimana seorang sahabat Nabi hampir mati kehausan. Dia tidak mau
meminum air yang diberikan oleh saudaranya sendiri demi sahabatnya yang tergeletak dan terluka parah dalam keadaan kehausan juga. Yang demikian berlaku karena dia lebih mengutamakan sahabatnya daripada dirinya sendiri.
Wallahu a’lam bish-shawabi
diambil dari berbagai sumber
" jadikan menulis untuk menghibur diri dan menghilangkan kesedihan serta saling berbagi "

Tidak ada komentar:

Posting Komentar