" jadikan menulis untuk menghibur diri dan menghilangkan kesedihan serta saling berbagi "

Minggu, 28 Juli 2013

" Kerendahan Hati dan mengakui kelemahan diri "

Kerendahan Hati dan mengakui kelemahan diri

Maulana Syaikh Muhammad Nazhim Adil al-Haqqani
dalam Mercy Oceans (Book Two)

Abu Bakar ash-Shiddiq ra mempunyai derajat tertinggi di antara semua ummat setelah Rasulullah saw.  Beliau adalah orang yang paling benar dan jujur dalam iman dan keyakinannya.  Rasulullah bersabda, “Jika iman seluruh ummatku ditimbang dengan imannya Abu Bakar ra, maka imannya Abu Bakar akan lebih berat.”

Tetapi Abu Bakar berkata kepada dirinya, “Wahai Shiddiq yang tidak patuh, dalam pandanganku, apapun yang mereka katakan, kamu harus bertaubat dan memohon ampun.”  Di mana kita ketika memandang diri kita sendiri?  Derajat terendah adalah derajat yang tertinggi.
 Abu Yazid berkata, “Tak seorang pun dapat mencium realitas iman kecuali dia memandang level egonya lebih buruk daripada Fir’aun, Namrud, Setan dan Abu Jahal.”

Kita mungkin akan berkata, “Baiklah, Aku terima.Aku memang seperti itu, egoku yang terburuk.”  Tetapi ada sejumlah ujian untuk itu.  Jika ada yang memanggil kita dengan sebutan, “Hei Keledai!” kemudian kita merasa geram kepada mereka dan menyahut, “apa!”, berarti kita telah membuktikan bahwa kita memang keledai.

Menghormati semua orang adalah tugas kita, ini adalah ajaran agama kita.  Jalan Sufisme yang sejati memerintahkan kita untuk menghormati semua orang. Seseorang bisa saja tidak peduli dalam jalannya atau mempunyai karakter yang tidak baik dan bisa jadi akan menyerangmu.  Kalian tidak perlu untuk turun ke tingkatannya dan berkelahi dengannya.

Syaikh Saadi Syirazi, seorang penyair Sufi bercerita dalam suatu kisah.  Suatu ketika ada seseorang yang digigit seekor anjing.  Dia tidak bisa tidur semalaman karena kesakitan.  Anaknya bertanya apa yang telah menimpa dirinya. Dia berkata “Hari ini seekor anjing menggigitku,” anak itu bertanya, “Mengapa engkau tidak menggigitnya kembali?”  “Oh anakku, Aku bisa saja menahan sakitku, tetapi Aku tidak akan menjadi anjing seperti dia.”

Ketika kita menerima bahwa ego kita bagaikan binatang buas, kalian tidak akan marah dengan siapa pun.  Itu adalah kerendahan hati dan merupakan dasar bagi pembangunan karakter baik.

Karena seorang bayi menerima kelemahannya secara total, Allah Swt menunjuk begitu banyak hamba untuk menjaganya.  Tetapi ketika dia mulai tumbuh dan merasa mempunyai kekuatan, hamba-hamba itu mulai menyingkir. Kemudian dia belajar bahwa pandangan mengenai dirinya ini tidak benar, sebenarnya dia sangat membutuhkan orang lain.

Bagi orang yang menyadari bahwa dia memerlukan pertolongan, Allah mengirim pertolongan kepadanya dari segala penjuru.  Setiap orang yang memohon dengan serius akan mencapai sasarannya.

Wa min Allah at Taufiq

* sumber info * 
arief hamdani
http://mevlanasufi.blogspot.com
________________________________________________________________________
Yahoo! Messenger - Communicate instantly..."Ping"
your friends today! Download Messenger Now
http://uk.messenger.yahoo.com/download/index.html

Wallahu a’lam bish-shawabi

" jadikan menulis untuk menghibur diri dan menghilangkan kesedihan serta saling berbagi "


Tidak ada komentar:

Posting Komentar